Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Jangan Remehkan Orang Desa #3

Daftar Isi [Tampil]
Dewii Kamaya

#Bab 3


JANGAN REMEHKAN ORANG DESA! (3)

"Zio, ibu mau daftarkan Zio ke TPQ, nanti Zio mengaji, ya!" kata Tiwi. 

"Wah, Zio , Buk!" jawab Zio. 

"Nanti ibuk belikan baju koko sama sendal baru, ya!" 

"Hm ... nanti kalau ilang?" 

"Tenang, sekarang ada ibu yang jagain rumah! Biar gak ilang-ilang lagi barang milik Zio. Sekarang, lepas seragamnya, habis itu coba cek ke dalam kamar," kata Tiwi. Zio bersorak, dia melompat kegirangan melihat kamarnya yang sudah terpasang wallpaoer bergambar Spider-Man kesukaannya lengkap dengan kasur dan lemari yang didominasi warna merah. 

Bude Har tiba-tiba saja masuk ke dalam rumah dan melongok kamar Zio. Bibirnya mencep ke kanan dan ke kiri, matanya melihat ke segala penjuru bumi meneliti setiap inci kamar momongannya itu. 

"Walah, Zio bandel begini kok dikasih kamar bagus, dia ini kayak kucing tidur dimana saja juga bisa! Buang-buang duit!" ketusnya. 

"Mana ada anakku kayak kucing, anak pintar gemes begini, kok!" jawab Tiwi. 

"Eh, Tiwi, bayar uangku yang dipakai jajan Zio, dia tadi minta susu dua kotak, sosis sepuluh biji sama snack satu renceng!" 

"Hah, Zio makan sebanyak itu di sekolah?" tanya Tiwi.

"Enggak ... Ibuk, Zio gak makan apa-apa," jawab Zio. Bude Har mendelik, bibir tebalnya komat-kamit mencari sebuah alasan. 

"Takut kamu gebukin kali ngaku! Zio ini makannya banyak biar tubuhnya kecil begini, mungkin saingan sama cacing kremi," ujarnya. 

"Zio mau buka warung apa bagaimana kok jajannya banyak sekali? Ngaku saja tidak apa-apa, Naak. Ibu tidak marah," kata Tiwi sambil menatap Zio. Zio menggelengkan kepala dengan mata berkaca-kaca. 

"Heh! Ngaku! Jangan nangis saja kerjamu, laki-laki gak boleh cengeng!" omel Bude Har. Tiwi menggelengkan kepalanya lalu memberi selembar uang kepada Bude Har. Setelah wanita bertubuh tambun itu pergi, Tiwi membingkai wajah anak tirinya yang sedang menangis sesenggukan itu. 

"Kenapa menangis?" 

"Zio gak jajan apa-apa, Ibu. Di sekolah, Reno yang jajannya banyak, kata Mbah Har, Reno tidak sarapan jadi harus jajan kalau Zio kan sudah makan," ujarnya. Tiwi menghela napas dalam, lalu tersenyum manis. 

"Baik, ibu percaya Zio. Sekarang jagoan ibu jangan nangis lagi, ya! Besok ibu yang antar dan jemput Zio di sekolah," kata Tiwi.

"Betul, Bu?" 

"Iya, Sayang ... sekarang, Zio ikut ibu, yuk! Ibu mau beli baju koko sama sendal baru buat Zio." 

Tiwi mengajak Zio pergi ke pasar naik motor Super tua milik suaminya yang sudah lama tidak terpakai. Awalnya, Surya hendak membelikan motor baru untuk Tiwi sebagai alat transportasi ketika keluar sekedar belanja atau ke warung namun Tiwi menolak. Baginya, selagi bisa digunakan untuk apa membeli barang baru? 

Bude Har tertawa melihat Tiwi kesulitan mengogleng motor butut tersebut. Tiwi hanya menganggukkan kepala kepada para sesepuh yang tengah merapatkan barisan tersebut. 

"Bisa gak, Wi? Lagian motor butut begitu dipelihara! Lihat, tuh! Motor Mamanya Reno saja sudah ganti dengan Motor Eng-Max! Mobil juga ada dua Merk Bro sama Sigar," ujarnya sambil menunjuk deretan mobil di tepi jalan. 

"Bisa, Bude Har, saya mah yang penting bisa jalan saja sudah syukur," jawab Tiwi. 

"Minta ke Surya, dong, Tiwi, biar dibeliin mobil mewah kayak punyaku, tuh, yang warna silver sama biru gonjreng," sahut Nilam mamanya Reno. 

'Mewah dari mana, harga sapiku saja seharga satu mobilmu,' batin Tiwi. 

"Enggak, ah, Mbak Nilam, saya beli mobil takut gak kuat bayar pajaknya, lagian dari pada saya beli mobil mending beli garasi dulu biar gak make jalanan umum," jawab Tiwi sambil menarik gasnya. Nilam menggerutu sedangkan Zio memegang erat perut ibu tirinya sambil terbahak. 

Sesampainya di pasar, Zio bingung memilih baju koko yang ditawarkan oleh Tiwi. Akhirnya, Tiwi memilihkan tiga stel koko seusia Zio, satu buah tas dan dua buah kopyah juga sebuah sendal jepit karakter kesukaan Zio. 

Bude Har mengintip dari jendela rumahnya ketika melihat Tiwi datang, dia langsung duduk di karpet Tiwi lalu memeriksa belanjaannya. 

"Lho, kok cuma beli satu sendalnya? Buat Reno mana?" 

"Gak ada, kan aku niatnya memang belikan buat saja, Bude."

"Oh, ini koko ada tiga pasti buat Reno juga, ya?" 

"Maaf, Bude, tapi baju Reno masih bagus semua, kalau baju Zio kan sudah pada kumal, jadi aku cicil beli di pasar dikit-dikit."

"Kalau Surya tahu bisa ngamuk, biasanya dia pasrah ke aku yang belikan, ini kok malah ke kamu tapi gak adil! Ingat, Wi, siapa yang selama ini ngejaga Zio sampai dia besar!" 

"Waduh, kalau soal itu tanya ke Mas Surya saja, Bude. Aku gak ikut campur," jawab Tiwi. 

"Betul, nih, gak bagi Reno satu?" 

"Gak cukup buat Reno Bude, saya ambil ukuran pres Zio biar tidak kedodoran," jawab Tiwi. 

"Alah, lagian barang pasaran begini! Besok juga Nilam belikan sendiri buat Reno!" ujarnya sambil melemparkan barang yang dipegangnya. 

"Gak jelas," gumam Tiwi. 

***

Bersambung . . .

Post a Comment for "Jangan Remehkan Orang Desa #3"