Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Terpaksa Menjadi Pelayan Kamar Tuan Muda #1

Daftar Isi [Tampil]
 

Ida Raihan

#BAB 1

Perjanjian

"Jadi, kamu diam-diam menyimpan bunga mekar yang indah di rumahmu?" Sejak pertanyaan itu, Dihyan sudah merasakan gelisah. Majikannya sudah mengetahui bahwa dia memiliki seorang putri yang cantik jelita.

Dengan langkah gontai Dihyan keluar dari ruangan megah di rumah Nawang Nehan. Rasanya dia tidak percaya jika hal ini akan menimpa keluarganya. Dia tidak pernah menyangka, meminta putri satu-satunya datang ke rumah besar ini, merupakan kesalahan fatal, yang konsekwensinya akan diderita putri kesayangannya itu, di sepanjang kehidupannya kelak.

Kemarin, putrinya menghubungi, meminta sejumlah uang yang harus ada saat itu juga. Ada tagihan mendadak dari kampus, katanya. Dan itu tidak bisa ditunda, harus langsung ada saat itu juga. Dihyan sedang bekerja, sementara pesan dari majikannya, ia tidak boleh meninggalkan tempat karena akan ada tamu yang datang. Dihyan tidak berani keluar, sehingga meminta putrinya datang ke rumah tuannya. Saat itulah Nawang yang baru pulang dari urusan bisnisnya, datang dengan kendaraan mewahnya. Pemilik perusahaan platform E-commerce terbesar di Asia tersebut langsung melihat kehadiran putri tunggal Dihyan yang sudah gadis.

"Siapa dia?" tanya Nawang saat mereka hanya berdua di ruangannya. Dihyan sedang mengantarkan kopi cappuccino kesukaan Nawang saat itu.

"Dia putri kami, Tuan," sahut Dihyan seraya menunduk.

"Putri yang puluhan tahun lalu, kelahirannya kamu perjuangkan dengan mempertaruhkan kebebasan kalian?"

"Benar, Tuan." Dihyan semakin merasa tidak enak, karena disinggung akan masa lalu mereka. Detik-detik di mana istri Dihyan akan melahirkan, dua puluh tahun lalu.

Riwayat penyakit yang dialami Gayatri, membuatnya tidak memungkinkan untuk bisa melahirkan secara normal, dan ada resiko kematian. Mengetahui hal itu Dihyan bersumpah di depan dokter, apa pun caranya dia akan perjuangkan, mendapatkan biayanya jika anak dan istrinya bisa selamat. Lalu atas rekomendasi temannya, Dihyan mendatangi orang terkaya di kampung tetangga. Rumah Nawang Nehan. Pemilik banyak perusahaan online dan offline.

"Saya membutuhkan uang tiga puluh juta, Tuan."

"Tiga ratus juta jika mau," balas pria di depannya.

"Tuan?"

"Aku membutuhkan tambahan tenaga untuk bekerja di rumah ini. Siilakan kamu putuskan, jika kamu siap dengan tawaranku, maka uang 300 juta akan kalian dapatkan." Usai mengatakan itu, Nawang langsung bangkit dari duduknya. Membetulkan pakaiannya, lalu bergerak.

"Tuan, mohon jangan pergi dulu, saya mohon padamu!" Dengan merangkak menggunakan kedua lututnya, Dihyan mengejar Nawang, dan berusaha menghalangi langkah pria itu.

"Saya siap dengan tawaran, Tuan!" Dengan berat hati, Dihyan akhirnya menyetujui. Anak dan istrinya harus selamat. Mereka sudah menantikan selama sepuluh tahun, dan itu adalah kesempatan bagi keduanya untuk memeluk takdir yang telah mereka pinta selama itu. Kehadiran si buah hati.

"Baik, akan dikirimkan kepadamu uang dan surat perjanjian segera." Nawang kembali melanjutkan langkahnya.

Kini, setelah perjanjian dua puluh tahun lalu disepakati, Dihyan kembali dihadapkan dengan satu pilihan. Menyerahkan putri tunggalnya kepada Nawang untuk dinikahkan dengan putra sulungnya yang terkenal dingin, dan sadis terhadap perempuan. Tidak, bukan menikah, karena putra sulung Nawang sepertinya tidak berniat menikah. Tetapi hanya menjadikannya sebagai pelayan seumur hidup di kamarnya. Dihyan tidak rela itu terjadi kepada putrinya.

Menjadi mahasiswi sebuah universitas terkenal, dengan record prestasi yang bagus, putri tunggal Dihyan dan Gayatri bisa memiliki masa depan yang cerah. Apa jadinya jika dia harus menjadi pelayan seumur hidup putra sulung Nawang Nehan? Akan sia-sia semua perjuangannya mewujudkan mimpi putrinya selama ini.

***

Malam terasa berat, dilalui kedua manusia yang sedang gelisah itu. Gayatri terus-menerus terjaga. Semakin berusaha memejamkan mata,  semakin menyeramkan bayangan nasib masa depan putrinya.

"Kita harus mencari cara," bisiknya.

"Tetapi Pak Nawang bukan orang yang mudah kita kelabui," balas Dihyan.

"Bapak yakin dengan putra sulungnya?"

"Iya, Bu."

"Kenapa tidak coba menawar dengan putra bungsunya saja, Pak?"

"Kamu gimana to, Bu. Putra kedua dan ketiga Pak Nawang tidak pernah kesulitan mendapatkan wanita. Mereka setiap hari bisa menggandeng wanita baru ke rumah. Sebab itu Pak Nawang mencarikan buat putra sulungnya yang sepertinya tidak tertarik kepada wanita.

"Den Arlo juga jarang sekali keluar kamar, dia juga tidak pernah terswnyum setiap kali berpapasan dengan orang,  apakah dia normal, Pak?"

"Entah, Bu. Bapak juga tidak paham sama dia. Pak Nawang ingin ada perempuan yang menemani di kamarnya, karena dia malu di lingkungan bisnisnya disebut-sebut memiliki anak yang tidak berfungsi kelelakiannya."

Gayatri memejamkan mata. Tiba-tiba terlintas seulas wajah ceria yang selama ini menghiasi rumahnya.

"Pak," panggilnya. Dihyan menatap wajah iatrinya yang tiba-tiba ada binar ceria di sana.

"Saya punya ide" katanya antusias. Dihyan penasaran.

"Apa, Bu?" Gayatri kembali melempar kepalanya ke bantal, menatap langit-langit kamar yang sudah puluhan tahun mereka tempati. Kini dia yakin, Nawang pasti akan menyetujui idenya.
________________

Hai Sahabat, terima kasih sudah membaca karyaku. Bantu like, komen, dan subscribe yaa. Makasih.

Karyaku yang sudah tamat lainnya:

1. Kulkas Mahal Mertua

2. Saat Mantan Istri Suamiku Selalu Ingin Bertemu

3. Ahli Waris Keluarga D

Post a Comment for "Terpaksa Menjadi Pelayan Kamar Tuan Muda #1"