Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Jangan Remehkan Orang Desa #2

Daftar Isi [Tampil]
 
Dewii Kamaya

#Bab 2

JANGAN REMEHKAN ORANG DESA! 

Pratiwi mengajak suaminya merombak rumah mereka yang memang masih kosong, hanya ada beberapa perabotan di rumah mereka. Awalnya, Surya menolak karena merasa tidak butuh-butuh banget, namun karena Tiwi terus mendesaknya, akhirnya dengan berat hati Surya setuju. 

"Lagian beli-beli perabotan buat apa sih, Yang?" tanya Surya. 

"Mas tega, Zio tidur di kasur tipis begitu, nanti masuk angin dia, Mas!" kata Tiwi. 

"Lah, kan aku sudah belikan kasur sorong di rumah Bude Har, biar dia bisa tidur barengan sama Reno," kata Surya. 

Tiwi mendesah, semalam saat menemani Zio tidur, Zio bercerita bahwa dia tidur beralaskan selimut di rumah Bude Har karena Reno dan Rumi, kakaknya selalu bertengkar rebutan tempat tidur dan akhirnya Zio yang disuruh mengalah. 

"Mas ... sekarang ada aku di rumah, jadi Zio harus tidur bersama kita di rumah, masa iya sudah ada ibunya anak dititipkan ke orang lain?" 

"Nakal sekali dia, percuma beli-beli barang bagus, nanti juga rusak lagi," kata Surya. 

"Ssst! Ucapan adalah doa, jangan ngomong hal buruk soal anak! Aku gak suka!" kata Tiwi. 

"Iya-iya, ya sudah, ayo aku antar, kamu mau beli apa, terserah, deh," kata Surya sambil beranjak mengambil kunci mobil. 

"Zio, ikut ibuk dan ayah ke toko, yuk! Ibuk mau belikan Zio kasur dan lemari baru," kata Tiwi. 

"Horey ... yey! Zio boleh main ke game zone?" 

"Mas, apa game zone itu?" tanya Tiwi. 

"Itu ... tempat mainan anak-anak, jangan dibiasain, lah! Dia tiap minggu ngajakin Bude Har ke sana, lho! Habis banyak aku nanti," keluh Surya. Tiwi hanya menggelengkan kepalanya, dia menyuruh Zio berganti pakaian. 

Tiwi menepuk jidatnya melihat Zio membawa satu stel pakaian yang gambar sablonnya sudah pecah-pecah rusak dan lengket. 

"Baju yang kemarin ibu kasih kemana, Nak?" tanya Tiwi. 

"Hm ... di rumah Nenek Har, kan kemarin mandi di sana," jawab Zio. 

"Lho, yang baru itu lho."

"Zio tidak tahu," jawab Zio. 

"Yaang, ayo buruan!" teriak Surya. Tiwi mengangguk, dia buru-buru mengganti pakaian Zio dengan baju lain yang lebih layak meskipun kusut sana-sini. 

***

Paginya, Bude Har terkejut melihat mobil pick-up mengantarkan kasur karakter spiderman, lemari dan meja belajar dengan karakter senada. Belum lagi meja makan kayu, dipan dengan ukiran kayu berukuran besar dan lemari kayu yang ukirannya begitu indah. 

"Kamu beli semua ini kredit dimana, Wi? Heran, ya, orang desa kenapa suka sekali menyusahkan diri? Kalau tidak mampu beli langsung kenapa tidak beli satu-satu dicicil begitu? Kelihatan sekali kalau mau morotin keponakanku!" ocehnya. 

"Ssst! Bude, malu didengar tetangga," kata Surya. 

"Ngapain malu, biar semua orang tahu kelakuan istrimu, orang desa yang baru menginjak kota ya begini ini kelakuannya! Lihat apa-apa kalap!" ketusnya. 

"Sabar, Bude ... sabar," kata Surya. 

"Kamu jangan manut terus ke istrimu ini, Sur! Babak belur kamu nanti! Habis bandar kalau begini ceritanya!" 

"Ta-tapi ini duit Tiwi sendiri, Bude, bukan duit aku," kata Surya. 

"Ah, orang kampung begini mana mungkin punya uang banyak? Ya ... kecuali ngepet, sih!" kata Bude Har. Tiwi hanya menahan tawa lalu membuka tasnya lebar-lebar. Tas kulit merk lokal itu sengaja dibuka lebar-lebar di depan mata Bude Har, Tiwi mengambil dua lembar uang berwarna merah lalu memberikannya kepada kuli mebel yang membantu mengirimkan barangnya. 

"Waah, terima kasih banyak, Mbak." Tiwi mengangguk sedangkan Bude Har melongo. Bude Har bertanya-tanya dapat dari mana Tiwi uang sebanyak itu. 

"Halah, palingan duit palsu!" gumamnya. Bude Har menuju rumah Surya, dia mengomentari buruk setiap barang yang dibeli keponakannya itu. 

"Udah gak jaman beli dipan kayu model gebyak begini," ujarnya. 

"Ya gak papa, aku suka, kok," kata Tiwi. 

"Seleranya orang ndeso yang heboh-heboh begini," kata Bude Har lagi. 

"Ini seleraku, mana seleramu?" tanya Tiwi sambil menyodorkan bon belanjaannya yang membuat Bude Har hampir pingsan dibuatnya. 

"Se-sebelas juta?" tanya Bude Har. Tiwi hanya tergelak melihat Bude Har yang terkaget-kaget, belum lagi melihat nota yang lainnya. 

***

"Wi ... Tiwi ...." Bude Har berteriak memanggil Tiwi yang sedang mengajari Zio belajar. 

"Ya, ada apa to, Bude?" 

"Itu, diundang Bu RT, katanya ada orang yang bikin pameran jam tangan mahal, kamu ikut sana, biar gak malu-maluin, masa jam tangan saja tidak punya," kata Bude Har. 

"Tapi ... saya gak minat beli jam, Bude."

"Lihat dulu! Semua orang di komplek ini pakai jam bagus, baju bagus, tas dan segala rupa. Kamu make daster lusuh begitu bikin malu keluarga Surya saja!" 

"Ya sudah, ayo, saya pakai begini saja tidak apa-apa." Tiwi akhirnya mengalah, dia ikut duduk di rumah Bu RT. Semua orang memandang remeh Tiwi bahkan tidak sedikit yang mengira bahwa Tiwi ART baru keluarga Bude Har. 

"Lo, Mas Surya itu kan kontraktor, to, Bude Har? Kok istrinya tidak pakai barang branded?" tanya Bu Eli. 

"Surya itu kelilipan batu-bata kayaknya, kok bisa dapat wanita gunung begini," kata Bude Har. 

Tiwi pura-pura tidak mendengar dan hanya memperhatikan mereka semua saling tawar menawar mulai dari tawar harga sampai tawar menawar tenor pembayaran. Tiwi yang memang merasa tidak membutuhkan jam tangan memilih tidak membelinya dan gegas pulang ke rumahnya. 

"Lho, itu tadi Pratiwi bukan ya?" tanya Adi. 

"Iya, kok kamu kenal sama Pratiwi, Di?" Bude Har memicingkan mata. 

"Iya, dia kan anak juragan tanah di kampung saya dulu, kakaknya Pratiwi itu teman sekelas saya, bahkan tanah-tanah yang dibangun perumahan di desanya itu milik bapaknya Si Tiwi ini," kata Adi. 

"Ah, gak mungkin!" 

"Lho, iya Bude Har, wong malah aku sering diajak ngambil beras ke rumah Tiwi itu, karena bapaknya juga punya usaha selep beras," ujar Adi. 

"Ora mungkin, Di! Kalau betul anaknya juragan mana mungkin pakaiannya lusuh begitu," jawab Bude Har. Adi hanya garuk-garuk kepalanya karena bingung. Jangankan pakai daster lusuh, bapaknya Tiwi saja pakai sepeda ontel kemana-mana padahal ternaknya ratusan. 

***

Post a Comment for "Jangan Remehkan Orang Desa #2"