Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Pernikahan Tanpa Ikatan Cinta #2

Daftar Isi [Tampil]
  
Tia alzahira

#BAB 2

Bos Yang Menyebalkan

“Emang ada cowok yang mau sama cewek ceroboh dan penganguran kayak gitu,” umpat Ghina pelan, tapi ia yakin kalau Lea mendengarnya. 

Lea tak peduli dengan yang dikatakan oleh Ghina, toh memang perempuan itu nggak pernah suka sama dirinya sejak ia pertama kali bergabung dengan perusahaan exspedisi ini, terlebih Lea mengetahui kalau Ghina itu sangat dekat dengan Pak Odi, bahkan bisa dibilang bukan sekedar hubungan atasan dengan bawahan, lebih dari itu. 

Dengan cueknya Lea melangkah dengan lunglai keluar kantor tanpa menjawab sindiran Ghina. Iya yakin dengan yang ia lakukan sekarang pastinya membuat Ghina semakin kesal.

Perempuan yang mengenakan jeans dan kemeja lengan pendek dengan motif bunga daisy itu pun mendorong pintu kaca dengan punggungnya, lalu berjalan melewati area parkir yang lumayan luas, terlihat ada forklift yang sedang naik turun dan geser ke kanan dan kiri mengangkat muatan ke dalam tronton yang panjangnya sekitar 960 cm.

Sementara di sebelah kanan ada tiga truk yang tengah berbaris untuk memuat barang yang akan dikirim ke berbagai daerah. 

Exspedisi ini memang bukan perusahaan besar, namun bisa dibilang sangat terpercaya dan banyak perusahaan lain yang menggunakan jasanya, kadang juga menang berbagai tender seperti beberapa waktu lalu menang tender buku dan harus mengirim buku ke sekolah yang ada di pelosok Indonesia. 

Semua itu membuat karyawan sibuk, terlebih Lea sampai pulang tengah malam dan pagi-pagi udah harus ada di kantor lagi, kadang ia harus tidur ayam. Setengah tidur, setengah terjaga.

Pernah juga kerja sambil terus-terusan menguap dengan muka yang acak-acakan. Walaupun pintu perusahaan ini sudah tertutup untuknya, tapi Lea yakin Bara selalu menerima ia apa adanya. 

Intinya nyaris setiap hari ada saja pengiriman barang dan pastinya mampu menghidupi belasan karyawan yang menggantungkan hidup di sini. Lea berhenti sejenak menoleh ke belakang menatap sesaat gedung putih berlantai tiga itu.

Nggak sepenuhnya gedung itu kantor exspedisi, khusus untuk lantai satu sengaja dibuat menjadi cafe roti dan kopi, yang aromanya selalu bikin lapar, bisa dibilang lantai satu ini tempat banyak karyawan curhat, lebih tepatnya ghibah, membicarakan kekasih, mantan, tetangga bahkan karyawan lainnya. 

Lea menghirup napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan, tak terasa perempuan dengan tinggi 153 cm itu pun mewek, sambil mengusap air mata dengan punggung tangannya ia  lanjut melangkah lagi sambil pikirannya menjelajah kemana-mana.

Ia berharap Emaknya nggak tau kalau dirinya dipecat, yang ada dia bakal digantung dibawah pohon cabe yang ada di depan rumah atau parahnya bisa nggak dikasih makan tujuh hari tujuh malam. 

“Nggaaak!!!” Lea menjerit dalam hati lalu buru-buru menggelengkan kepala. Bayangan Emak seperti roller coaster yang bikin kepalanya pusing tujuh keliling. 

Emak Asia, Emaknya Lea yang memang tingkahnya suka keterlaluan terlebih kalau menyangkut urusan jodoh dan pekerjaan, ia menganggap anak perempuan yang dilahirkannya diatas bale jati dengan susah payah itu bernasib nggak baik, nggak seperti anak tetangga yang saat ini hidup sukses dan bisa dibanggakan saat para emak pada ngumpul. 

Kalau Emak-emak udah kumpul biasanya saling membanggakan anak-anaknya. Seperti beberapa waktu lalu saat Lea nggak sengaja menguping. 

“Eeh Jeng, anak aku diterima jadi PNS loh,” ucap Emak Minah yang tutur katanya selalu hati-hati biar keliatan elegan gitu. 

Kemudian Emak Siti menimpali. “Aah, cuman PNS, anak aku nggak lama lagi mau nikah sama pengusaha loh.” Mendengar itu semua Emak pun melongo. 

“Pengusaha apa?”

Emak Siti tersenyum malu-malu. “Itu pengusaha donat keliling.” 

JLEP! Semua pada mingkem, Lea yang mendengar malah menaha ketawanya. Seperti biasa Emak Resti yang paling lugu pun nggak mau ketinggalan ngomong. “Kalau anak aku lagi deket sama pejabat.”

Lalu semua Emak melongo lebih tepatnya melotot seolah nggak percaya Emak Resti yang penampilannya apa adanya bisa dekat sama pejabat. “Pejabat? Siapa?” tanya Emak Asia sambil menaikkan alisnya.

Emak Resti pun nyengir. “Itu calon RT kita, dia juga kan pejabat. Kemudian Emak Asia menepuk jidat dan mengangguk-angguk sambil cekikikan melihat tingkah polos Emak Resti. 

Walaupun cuman menyandang predikat Ibu Rumah Tangga, tapi bisa dibilang Emak Asia itu selalu update dan gaul, ia juga rajin datang ke acara arisan, dari arisan tingkat RT sampe arisan tingkat kecamatan.

Kemudian semua Emak melirik ke arah Lea yang masih menguping. Emak Minah pun tersenyum. “Eeeh Jeng kalau Lea kan udah berumur, kapan nikah? Udah ada calonnya belum?” 

Seperti biasa Emak Asia berdehem dan merapihkan daster kebanggannya. “Udah punya calon dong, calonnya orang kaya punya perusahaan property, rencananya nikah tahun depan.”

“Apa? Tahun depan?” Lea yang msih menguping lalu menghitung jari kalau tahun depan itu tinggal tiga puluh hari lagi, Emak emang nggak kira-kira ngasih keputusan. Lea menggeleng dan akhirnya tersadar dari lamunannya, setelah mendengar ponselnya menjerit, 

Lea shok melihat di layar Hp Emak Asia memanggil. Seketika Lea bingung dan panik. Ia pikir Emak yang doyan masak itu punya indera ketujuh dan tahu kalau dirinya lagi ngomongin Emak, makanya Emak nelpon. Lea buru-buru matiin Hpnya. Bukannya mau jadi anak durhaka, tapi takut kalau Lea akan menyakiti hati Emak. 

Baru mau melangkah, tapi Lea melihat Ranu turun dari mobil putihnya. Lea buru-buru membalikan tubuh saat Ranu mendekatinya, berharap Bos yang satu itu nggak melihatnya, karena tak hanya terkenal dingin, tapi sangat kejam dan membuat Lea panas dingin. “Kamu mau kemana?” tanya Ranu.

Lea menghela napas, ia yakin kalau Ranu tau perihal pemecatannya dirinya, atau mungkin Ranu yang menyuruh Pak Odi memecatnya. Lea tampak kesal, ia membalikan tubuhnya sambil nyengir dan geleng-geleng kepala. “Mau pulang, pak.”

Ranu melihat jam yang kelihatan mahal melingkar ditangannya. “Kalau mau pulang tunggu jam lima.” Cetusnya. 

Lea menatap Ranu heran. Tanpa banyak bicara Ranu meraih tangan Lea dan menariknya masuk kembali ke kantor. Lea menahan tangan Ranu dan menggeleng.”Pak, aku udah dipecat sama Pak Odi.” 

Ranu menatap Lea lekat. "Aku nggak akan biarin kamu keluar dari perusahaan ini," bisik Ranu dalam hati. Ranu melanjutkan langkahnya sambil menarik lengan Lea, ia tak peduli sama ocehan Lea. 

Post a Comment for "Pernikahan Tanpa Ikatan Cinta #2 "