Saat Istriku Tak Lagi Meminta Uang #1
Daftar Isi [Tampil]
#BAB 1
Curiga Dengan Istriku
"Loh, Ma, kamu dari mana?" tanyaku saat istriku pulang dengan beberapa tentengan di tangan.
"Ada kumpul-kumpul sama teman. Papa sudah pulang?" Istriku berbalik bertanya.
"Ya, Mama lihatnya bagaimana?"
Istriku tersenyum, kemudian berlalu begitu saja tanpa memperdulikan aku yang baru saja pulang. Bukannya bertanya suaminya sudah makan apa belum, ini malah begitu saja melewati aku.
Dia punya uang dari mana? Padahal, uang yang kuberikan tidak banyak. Kenapa dia bisa setiap hari pulang malam dan membawa banyak barang?
Aku teringat ibu tempo hari bilang kalau istriku kerap menitipkan anak-anak pada ibu. Sementara, ia tidak bilang mau ke mana. Hanya bilang akan kembali sore hari dan ibu pun sama curiga seperti aku.
Apa yang dilakukan istriku, apa dia main serong? Dengan dada yang bergemuruh, aku bergegas menghampiri istriku.
"Ma!" Aku berteriak lantang.
"Ada apa?" Ia menjawab datar.
Aku menoleh beberapa kali ke arah barang belanjaannya.
"Ada apa?" Ia kembali mengulang pertanyaannya.
"Dari mana kamu mendapatkan uang sebanyak ini? Aku saja belum memberikan uang gajiku."
"Apa aku harus bilang sama kamu semua pengeluaranku, sementara kamu hanya memberiku 10 persen gajimu dan sisanya kau berikan pada ibu sebagai baktimu pada orang tua?"
Tangan ini tak kuasa menampar istriku. Hebat sekali dia berbicara. Memang aku harus berbakti pada ibu karena dia aku menjadi sukses. Untuk apa dia membahasnya. Kalau tidak karena ibu, mana bisa aku sehebat ini.
"Aku lelah, biarkan aku istirahat."
Ayu berlalu begitu saja tanpa melawan saat aku tampar. Ia membaringkan tubuh dan menutupnya dengan selimut.
***
Saat terbangun pagi, aku sudah tidak melihat Ayu di sampingku. Namun, harum masakan membuat aku tak pusing karena dirinya sedang berada di dapur.
Sebaiknya aku bergegas mandi dan berangkat ke kantor.
Selesai mandi, kulihat di meja makan sudah terhidang masakan. Anak-anak juga sudah siap dengan seragam mereka. Begitu juga dengan Ayu. Semakin hari istriku semakin cantik.
Mungkin dia merawat diri dengan baha alami. Mana mampu dia membeli skin care.
"Kamu pergi lagi nanti sore?" tanyaku.
"Aku nggak ke mana-mana. Tap sehabis menjemput anak-anak, aku mau ke rumah ibu."
"Ngapain?"
"Ngapain? Memangnya hanya kamu yang boleh mengunjungi ibumu?"
Kenapa aku bicara satu kata dia bisa lebih dari satu kata. Aku hanya ingin dia di rumah dan tidak pergi ke mana-mana. Mengurus anak-anakku seperti ibu dahulu mengurus kami.
"Ya, sudah. Sore pulang," ujarku.
Setelah itu aku pamit pada Ayu dan anak-anak. Seperti biasa, Ayu menolak aku antarkan ke sekolah anak-anak. Ia lebih suka mengantar menggunakan motor.
Semenjak menikah dengan Ayu, aku bahagia memilikinya. Dia cantik dan berpendidikan. Aku memang tidak memperbolehkan dia bekerja karena ingin lebih fokus pada anak-anak.
Pengalaman ibu, ia mendidik anak pasti baik. Aku ingin Ayu seperti ibuku kelak. Sempat ia protes saat aku memintanya berhenti bekerja, tetapi aku mengancamnya dan dia diam. Baguslah, istri harus tunduk pada suami.
Sudah setahun ini aku memberikan gajiku pada Ayu untuk keperluan masak saja. Sejak adikku Asih kuliah, biaya semakin mendesak. Biarlah aku utamakan adikku dahulu. Toh, Ayu pun tidak masalah, ia hanya mengatakan aku harus adil. Dan aku bisa adil dengan memberikan mereka uang.
Baru saja aku memarkirkan mobil, kulihat Arman dengan beberapa SPG yang bekerja di kantor kami. Ia sepertinya mencari muka pada gadis-gadis muda itu.
"Weh, inget bini." Aku menggodanya kali ini.
"Bini di rumah, nggak tahu. Ciwi-Ciwi mulus, Bro."
"Bini gue lebih mulus." Aku tak malu memuji Ayu di depan Arman.
"Yakin, bini lo mulus?"
"Main kalau nggak percaya. Lihat ini, mukanya glowing." Aku memberikan ponsel menunjukkan wajah Ayu.
Arman menoleh padaku.
"Kata Lo, doi Lo kasih uang masak doang. Itu juga cuma 1.500.000. Bini gue aja di rumah ngoceh-ngoceh. Belum beli skincare, crembat, facial dll. Bini, Lo, yakin pakai alami? Atau di belakang Lo dia ada main sama pria lain?"
Sial si Arman, bikin bulu kuduk aku merinding. Ini lebih saram dari diamnya Ayu saat marah. Lebih baik aku pastikan lagi nanti. Benar juga, Ayu terlihat santai dengan uang yang aku berikan. Apa benar perkataan Arman?
Post a Comment for "Saat Istriku Tak Lagi Meminta Uang #1 "