Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Wanita Pertama Suamiku #1

Daftar Isi [Tampil]
 
Ana_Yuliana

 #Bab 1
Ia Kembali

Maila menatap pesan dari nomor tak dikenal itu, awalnya ia ragu untuk membuka pesan beruntun yang berbunyi tak berjeda namun rasa penasaran akhirnya menggelitik dan kini rasa itu pula yang menikam hatinya. Sebuah pesan dari seorang wanita untuk suaminya. 

[Aku tahu aku salah, Fi, aku menyakitimu. Aku memberi harapan padamu dan akhirnya menolak cinta yang kau tawarkan, namun kini aku menyesal, Fi. Aku ingin kembali padamu. Aku tahu kau tak bahagia dengan istri yang tak dapat memberimu keturunan itu, jangan bohongi nuranimu, kembalilah padaku. Jasmine.]

Tubuh Maila bergetar, ia tak siap menghadapi ini semua. 

Apa ini? 

Siapa Jasmine? 

Apa hubungan antara suaminya dan Jasmine?

Sebelumnya Maila tak pernah mengecek ponsel suaminya, ia percaya saja, toh selama ini tak ada rahasia di antara mereka, hal sekecil apapun selalu dibagi. Setiap Alfi pulang kerja mereka selalu bercerita apa saja mulai dari hal yang terkecil, tak ada rahasia di antara mereka. 

Maila membuka akun berwarna biru suaminya, mengecek notif dan inboxnya. 

Benar. 

Ada nama Jasmine di setiap status suaminya. Jempol wanita itu selalu bertebaran di setiap postingan Alfi. 

Maila membuka profil wanita itu. Seorang wanita manis dengan kulit sawo matang dan senyum yang menawan. Dia adalah dosen di salah satu perguruan tinggi swasta di kotanya. Tempat yang sama dimana suaminya kini menempuh pendidikan S2. 

Maila mengusap kedua netranya yang mulai mengembun, hal ini bahkan tak pernah sekalipun terlintas dalam pikirannya. Hubungannya dan Alfi sejak awal menikah hingga kini selalu hangat, walau mereka belum memiliki keturunan, bahkan sekalipun suaminya tak pernah menyinggung soal anak. Ia begitu menjaga perasaannya. 

"Aku seorang guru SD, ada begitu banya anak-anak di sekitarku, bagiku mereka adalah anak-anakku," ucap suaminya ketika seorang kerabat bertanya prihal anak yang tak kunjung hadir dalam rumah tangga mereka. 

"Siapa yang bermasalah di antara kalian berdua?" tanya kerabatnya itu lagi. Maila dapat mendengar jelas percakapan keduanya. Ia sedang duduk di ruang keluarga persis di sebelah ruang tamu. 

"Tak ada yang salah, ini hanya soal kesempatan yang belum Allah berikan pada kami," jawab Alfi lagi. 

"Tapi apa kamu gak mau cari yang lain, siapa tahu dengan yang lain kamu akan mendapat keturunan." Tamu itu tertawa seolah yang ia ucapkan adalah sebuah lelucon. 

Alfi tak menjawab. Cukup lama suasana hening. 

"Bila kamu tak ada urusan silahkan pergi, aku punya banyak urusan lain." Alfi beranjak dan meninggalkan tamunya sendiri di ruang tamu. 

Maila tersenyum. Itulah suaminya, ia selalu menjaga cintanya sejak dulu. Walaupun Alfi jelas-jelas tahu bahwa ia lah yang bermasalah, ia tak pernah mengungkapkan itu semua pada siapapun. 

"Bagiku yang penting ada kamu, buah hati hanyalah bonus saja, bila kau ingin mengangkat anak pun aku tak masalah," ucap Alfi ketika hasil pemeriksaan kesehatan Maila telah keluar. 

Maila menggeleng. "Aku ingin kita berusaha dulu, kemana saja, ke luar negeri pun boleh." Maila menggigit bibirnya. 

"Terserah kamu, Sayang. Aku ikut maumu, jangan jadikan ini beban ya." Alfi memeluk erat istrinya. 

Maila mulai terisak, lalu, apakah kini Alfi telah menyerah? Siapa wanita bernama Jasmine ini?

Maila kembali melihat koleksi foto Jasmine di Facebook. Penampilannya sangat modis, semua yang ia pakai sangat serasi, mulai dari sepatu hingga jilbab. Apakah ini wanita yang sanggup mengalihkan Alfi dari dunianya? Sejak kapan mereka saling kenal? 

***

Jasmine tersenyum ketika melihat laki-laki yang sejak SMA telah mengisi hatinya itu tiba. Alfi. Dia lah cinta pertamanya. Laki-laki yang dahulu pernah memohon untuk menjadi pendampingnya. Ia menolak bukan tak cinta namun  saat itu mereka masih terlalu muda, bahkan belum menyelesaikan kuliah. Ada banyak mimpi yang ingin ia wujudkan dan pernikahan bukanlah prioritasnya.

"Aku belum mau menikah, kita bahkan belum lulus kuliah," ucap Jasmine kala itu. 

"Aku sudah bekerja, kita mulai dari nol. Untuk apa kita semakin memperpanjang daftar dosa kita. Ayolah Jasmine kita menikah, toh tinggal satu semester lagi." Alfi memohon. Sejak SMA ia telah dekat dengan wanita ini. Ia cerdas, ceria dan mudah bergaul, Alfi menyukainya sejak awal berjumpa. Jasmine lah sumber kebahagiaannya. 

"Maaf, Fi, tapi aku tak bisa. Setelah lulus aku akan mengambil S2, akan ada tes untuk beasiswa dan aku termasuk kandidat yang kuat. Ini kesempatanku, keluargaku mengandalkanku untuk merubah nasib." Jasmine meremas ujung jilbabnya, ia tahu Alfi pasti kecewa namun ia harus kuat. Kesempatan tak datang dua kali. 

"Bagaimana setelah kita lulus kuliah?" Alfi menatap Jasmine penuh harap. 

Jasmine menggeleng. "Maaf, seperti yang kubilang, aku akan mengambil S2 dan setelahnya merintis karir. Tak usah menungguku, kita sudahi saja hubungan ini. Toh selama ini kita hanya dekat tanpa ikatan." 

"Apa maksudmu cuma dekat?" Alfi bertanya tak percaya. 

"Kita hanya dekat tanpa komitmen. Ayolah Alfi, kau tahu mimpiku, jangan halangi jalanku. Aku tak mau berakhir menjadi seorang ibu rumah tangga merana seperti ibuku."

"Aku tak akan mengekangmu." 

"Maaf, Fi, maaf, aku tak bisa. Bila kau mencintaiku, lepaskanlah aku meraih mimpiku." 

Alfi tersenyum. "Baiklah," ucapnya lemah. 

Jasmine tahu, ketika akhirnya Alfi pamit pulang, itu bukan perpisahan biasa namun laki-laki itu telah mengambil keputusan untuk meninggalkannya. 

"Sudah lama menunggu?" tanya Alfi. Ia mengambil tempat duduk tepat di hadapan Jasmine. 

"Aku telpon tapi kok gak diangkat?" 

"Ponselku tinggal," ucap Alfi. 

"Bagaimana bila istrimu tahu bila kita janjian di sini? Aku tadi mengirim pesan ke ponselmu." Jasmine tersenyum, baguslah bila istrinya tahu dan  cemburu. 

"Tak apa, tak ada yang disembunyikan antara aku dan Maila. Ketika pulang, akan kujelaskan," jawab Alfi datar. 

"Ia tak cemburu? Aku wanita lajang dan menarik tahu." 

"Kau belum bertemu istriku. Bila satu kali saja kau berjumpa, maka kau akan yakin bila bidadari itu benar ada di dunia." Alfi tersenyum. 

"Bagaimana denganku?" tanya Jasmine. "Bukankah untuk wanita seusiaku aku begitu menggoda?" 

"Mungkin iya untuk sebagian laki-laki tapi tidak untukku." 

Jasmine menekuk wajahnya. Ia tak menyangka bila Alfi bisa sedingin ini padanya. 

"Ada apa mencariku?" tanya Alfi datar, sebenarnya ia sungkan menemui Jasmine tapi ia bosan dengan pesan-pesan wanita ini yang menganggu. 

"Aku rindu, Fi, sangat rindu. Aku ingin mengulang masa lalu." 

Alfi tersenyum, masih sama seperti dulu, terlalu terus terang dan apa adanya. 

"Aku sudah menikah, kau tahu itu. Tak baik bila kita bertemu." 

"Aku butuh teman ngobrol." 

"Akan kukenalkan kau dengan teman kantorku, mengobrol lah dengannya." Alfi beranjak. 

"Aku mau kamu!" 

"Kita tak lagi muda, Jasmine, dewasa lah." Alfi tersenyum dan segera pergi meninggalkan Jasmine. Tak ada lagi yang perlu dibicarakan, semua sudah selesai. 

Terlalu banyak kisah antara ia dan Jasmine, menatap wajahnya seolah membuka lembaran masa lalu yang ingin ia kubur. 

Terlalu sulit menolak pesona Jasmine, semua tentangnya terlalu menyenangkan, ia lah cinta pertama sekaligus kesalahan terbesar dalam hidupnya. 


Apakah kisah cinta masa lalu Alfi dan Jasmine hanya sekedar cinta monyet? 

Apa jadinya ketika sebuah  pernikahan diusik oleh hadirnya wanita pertama dari hidup sang suami?

Post a Comment for "Wanita Pertama Suamiku #1"